RSS

Minggu, 21 September 2014

My Graduation day (part 1)

Finally, all the hard work already paid off, this is my day.  Guys, I do love fashion so much..for this graduation i design my own outfit,and i am happy!!! :)
and i am really happy and thanks for both my friends and sister who took my pics for this even.












ok, i think its enough for today.. i will be right back for the next my graduation pics xoxo :)

Senin, 24 Maret 2014

Indonesia Fashion Week 2014

I do really love fashion, and i was looking forward when i visited Indonesia Fashion Week last month. I was really happy and give me insight more about fashion which is about my passion :)
Well..this is some of photos when i visit this event :)



and i also got opportunity to change my hijab style when i visit Shafira booth...nice!!










I am looking forward all of kind this event again, and my dream also will be part of this event (Fashion show and Fashion Bazaar) Amin :)

Senin, 24 Februari 2014

Hijab Street

I do Love Fashion..
This is some of my style when i went to some places

Passion for Fashion!!! :)

this is outfit when i went to Kota Tua Jakarta

this is outfit when i went to Bogor




 

i also like this outfit when i went out
this is outfit when i have a class lol..
and..for the last, this is when i went to have fun with my friend
and she is my friend




Hmm..Fashion is great when you comfort what you wear, what you use, no matter what people see.. This is me!! :) lol




Sabtu, 22 Februari 2014

Tutorial Simple Hijab Style

Hai gurls, para hijabers...
Disini aku coba tutorial hijab untuk bahan satin. Saat itu, sekitar Juli 2013 lalu, aku diminta jadi model sekalian untuk tutorial produk hijab Gaelnis.com yang khusus bahan satin.
Gaelnis merupakan brand hijab yang digagas oleh 3 orang mahasiswi dari Universitas Indonesia yang merupakan proyek dari ide untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Satin hampir mirip dengan sutra, yang berbeda dari bahan dasarnya. Satin dari serat buatan sednagkan sutra dari ulat sutra. Permukaan bagian luar satin licin dan mengkilap sedangkan bagian dalamnya tidak (source: wikipedia).
Well, for tutorial, check this out..

Step 1
Step 2
Step 3
Step 4
Step 5
Step 6
Step 7
Step 8





And for this summary, lets check this out..

*Especially Thanks for Gaelnis.com that have given me chance for making this tutorial :) :*




Rabu, 05 Februari 2014

Life is...



Orang berilmu dan beradab tidak akan diam di kampung halaman
Tinggalkanlah negerimu dan merantaulah ke negeri orang
Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan
berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang.

Aku melihat air menjadi rusak karena diam tertahan
Jika mengalir menjadi jernih, jika tidak, kan keruh menggenang

Singa jika ta tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa
Anak panah jika tidak tinggalkan busur tak akan kena sasaran

Jika matahari di orbitnya tidak bergerak dan terus diam
Tentu manusia bosan padanya dan enggan memandang

Bijih emas bagaikan tanah biasa sebelum digali dari tambang
kayu gaharu tak ubahnya seperti kayu biasa
jika dalam hutan.

(Imam Syafii)

Sumber : Novel Negeri 5 Menara

Sabtu, 13 April 2013

Strategi masuk Ivy League


Got a good article!!
Artikel ini saya baca dari seorang teman di facebook, sangat inspiratif. Pemilik artikel dengan senang hati mau berbagi tulisan ini kepada siapa saja. Akhirnya, artikel ini saya post di blog saya, supaya bisa dibaca dan dishare juga, sehingga bisa memotivasi para readers :)
Ok, check this out :)

Bagi teman-teman sekalian yang punya rencana melanjutkan studi ke luar negeri, mudah-mudahan info berikut ini berguna. Kebetulan memang bulan-bulan pertengahan tahun seperti ini merupakan waktu yang tepat untuk mengurus aplikasi sekolah.

Sebelumnya saya ingin berbagi cerita sedikit. Di Harvard Law School (program LL.M.) tahun lalu, ada 5 siswa dari negara Singapura yang hanya memiliki populasi penduduk 5 juta, 7 siswa dari negara Brazil yang memiliki populasi 200 juta, dan hanya 1 siswa dari negara Indonesia yang memiliki populasi 240 juta. Bahkan dari negara Yunani yang bangkrut masih ada 3 siswa yang diterima. Sejauh pengetahuan saya yaitu selama kurang lebih 5 tahun terakhir, setiap tahun hanya ada 1 orang Indonesia yang diterima. Hal ini membuat saya bertanya-tanya, apa sebabnya hanya sedikit orang Indonesia yang masuk setiap tahun, padahal negara kita adalah negara dengan sumber daya manusia yang sangat banyak dan termasuk “emerging economy” yang keberadaan strategisnya di dunia patut diperhitungkan. Tentu bukan karena “otaknya ngga nyampe”, karena saya mengetahui bahwa banyak sekali pelajar dan profesional Indonesia yang cemerlang dan tidak kalah pintar dengan siswa-siswa ivy league yang saya temui.

Suatu hari teman saya dari Argentina, yang memiliki keheranan yang sama dengan saya berhubung setiap tahun hanya ada 1 orang Argentina yang diterima, bertanya kepada salah satu staf yang mengurusi penerimaan murid baru, apakah ada pertimbangan tertentu berdasarkan asal negara seorang kandidat. Jawabannya cukup menarik: mereka tidak pernah menetapkan kuota tertentu berdasarkan besar suatu negara atau keadaan ekonomi/politiknya, namun mereka ada kecenderungan menerima lebih banyak siswa dari suatu negara apabila mereka menerima banyak aplikasi dari negara tersebut. Rupanya, aplikasi yang masuk dari Singapura dan Brazil luar biasa banyaknya. Staf tersebut kemudian berkata: ayo makanya teman-temannya diajak kirim aplikasi.

Jawaban tersebut kalau dipikir-pikir cukup masuk akal. Pertama, pada dasarnya mereka menginginkan kelas dengan keberagaman, dari seluruh pelosok dunia dan berbagai latar belakang profesi serta tujuan karir, agar para siswa mendapatkan pengalaman belajar yang kaya akan berbagai sudut pandang. Sang dekan sendiri (Dean Martha Minow) menyambut para siswa pada hari pertama dengan ucapan “we searched the world for you”. Hal ini berarti, semua negara penting untuk dipertimbangkan, dan tidak mungkin mereka akan lebih mengutamakan siswa dari negara-negara tertentu saja, misalnya negara yang sudah maju atau dari negara-negara berbahasa Inggris. Kedua, negara yang mengirim lebih banyak aplikasi akan memberi tim pemeriksa aplikasi lebih banyak pilihan. Ketika ikan yang masuk kolam lebih banyak, ikan yang bisa tertangkap juga akan lebih banyak.

Tentu saja ikan tersebut kemudian harus menarik untuk ditangkap. Disinilah letak kecemasan banyak orang, yang mungkin menjadi alasan mengapa aplikasi yang terkirim ke sana tidak sebanyak beberapa negara lain. Ada yang cemas dengan nilai IPK yang pas-pasan, dengan bahasa Inggris, dengan pengalaman kerja yang kurang, dengan penulisan personal statement, dengan funding, dan sebagainya. Banyak yang merasa bahwa sekolah di universitas ivy league adalah sesuatu yang tidak mungkin. Menurut saya semua kecemasan ini bisa diatasi dengan persiapan yang tepat.

Berikut ini ada beberapa saran yang berdasarkan pengamatan saya mungkin belum banyak dipahami orang:

- Mulailah langkah pertama dengan browsing website universitas-universitas yang dituju. Catat dan pahamilah persyaratan masing-masing universitas, pilihan program yang tersedia di universitas tersebut, dan kandidat seperti apa yang dicari oleh universitas tersebut. Misalnya, Yale cenderung mencari akademisi, NYU memiliki program human rights yang bagus, Berkeley kuat di bidang IP law dan environmental law, Columbia memiliki program konsentrasi baru di bidang climate change, dan seterusnya. Kesesuaian minat dengan apa yang ditawarkan oleh sekolah tersebut akan memperbesar kemungkinan seorang kandidat akan diterima.

- Mulailah dari jauh hari dengan hal-hal yang akan memerlukan persiapan paling banyak. Kalau kemampuan bahasa Inggris kurang bagus, mulailah mengambil TOEFL-prep. Kalau belum punya tujuan hidup yang jelas, mulailah memikirkan apa yang hendak ditulis dalam personal statement. Ingat bahwa tidak semua universitas memerlukan kandidat dengan pengalaman kerja yang ekstensif. Kalau tidak punya funding, mulailah memasukkan aplikasi beasiswa seperti Fulbright, yang biasanya memiliki tanggal deadline di semester awal tahun. Setiap universitas, khususnya universitas yang ternama, juga memiliki dana beasiswa atau student-loan. Do your research and set priorities.

- Semua persyaratan memiliki bobot tertentu, oleh karena itu sebuah aplikasi harus merupakan “paket” yang bagus. Banyak orang yang asal-asalan membuat personal statement karena IPK-nya bagus, atau tidak peduli dengan isi surat rekomendasi karena yang memberi surat rekomendasi adalah orang penting. Tidak ada yang boleh dibuat asal-asalan.

- Personal Statement
Belajarlah dari personal statement alumni yang sudah pernah diterima. Cari referensi personal statement dari www.vault.com. Personal Statement adalah sesuatu yang ditulis secara strategis. Ada gaya dan alur penulisan tertentu dengan pola yang cukup spesifik serta berisi anekdot, yang biasanya efektif. Ingat bahwa mereka mencari orang yang sanggup menjadi pemimpin atau membuat perubahan atau melakukan sesuatu yang berdampak luas dalam bidangnya, karena mereka tentu ingin nama Universitas mereka ikut diharumkan oleh pencapaian orang tersebut. Sesuaikan personal statement dengan Universitas yang dituju dan tunjukkan kompatibilitas kandidat dengan Universitas spesifik tersebut. Jangan membuat personal statement yang generik.

- Surat Rekomendasi
Jangan cari surat rekomendasi dari orang penting hanya karena dia orang penting. Surat rekomendasi wajib berasal dari orang yang benar-benar mengenal sang kandidat, karena mereka ingin mengenal kandidat tersebut, bukan ingin memastikan bahwa kandidat tersebut punya koneksi. Cari dosen atau atasan yang benar-benar mengetahui cara berpikir dan cara kerja kandidat, dan bisa menyelipkan beberapa anekdot yang menarik untuk menggambarkan kesan baik mereka terhadap sang kandidat dengan cara yang personal, ketimbang hanya menuliskan pujian-pujian yang generik.

- TOEFL
Tergantung kemampuan masing-masing, TOEFL harus dipersiapkan dari jauh hari. Kalau kurang pede dengan kemampuan bahasa Inggris, ada banyak tempat yang menawarkan TOEFL-prep. Kalaupun kemampuan bahasa Inggris sang kandidat sudah sangat bagus, tetap harus ada persiapan dan latihan beberapa kali sebelum ujian untuk membiasakan diri dengan format, waktu, dan jenis pertanyaan dalam ujian. Setiap sekolah punya persyaratan TOEFL yang berbeda-beda, pastikan bahwa syarat minimum tersebut terpenuhi.

- IPK
Jangan mangkir apabila nilai IPK pada saat mengenyam S1 jauh dari cum laude. Hal-hal lain juga dipertimbangkan, seperti misalnya rangking di kelas, nilai pelajaran-pelajaran yang spesifik terhadap minat sang kandidat, penerimaan penghargaan mahasiswa berprestasi atau penghargaan dari dekan, atau penghargaan akademis lainnya seperti beasiswa, PMDK, menang pemilihan menjadi ketua organisasi, kompetisi akademis, program exchange student dan sebagainya, publikasi artikel, dan juga kegiatan ekstrakurikuler di kampus.

- Menurut saya pribadi, jangan kirim aplikasi hanya ke satu universitas, karena sayang dan tidak sebanding dengan tenaga dan waktu yang terbuang mempersiapkan aplikasi. Sekalian saja mengirim ke beberapa universitas untuk memperbesar kemungkinan diterima di salah satu sekolah.

Mempersiapkan aplikasi memang tidak mudah, dan membutuhkan sangat banyak waktu disela-sela kesibukan sehari-hari, dan oleh karena itu harus direncanakan dengan baik. Tulisan ini hanya merupakan ulasan secara umum yang tidak terlalu detil. Tentu saja kalau ada yang ingin bertanya lebih lanjut, akan dengan senang hati saya bantu semaksimal mungkin.

Kebanyakan siswa yang diterima di ivy league tidak percaya bahwa mereka bisa diterima, dan ketika menerima surat penerimaan berpikir bahwa surat itu adalah lelucon. Hal ini berarti bahwa keraguan bukanlah alasan untuk tidak mencoba. Yang penting ada keberanian mencoba, dan ada strategi dalam mempersiapkan aplikasi. Semakin banyak orang mencoba, semakin besar kemungkinan lebih banyak orang akan diterima. Semakin banyak orang yang menempuh pendidikan lebih tinggi dan lebih bagus, Insya Allah semakin besar kemungkinan bangsa kita maju.

Seorang teman saya yang tahun ini hendak berangkat ke Harvard baru saja mengirim tweet: “Some people say: democracy among idiots will result in idiotic leaders. It is then our obligation to educate ourselves.”
By : Tiza Mafira

Senin, 25 Juni 2012

EKONOMI BAHASA INGGRIS

EKONOMI BAHASA INGGRIS
Oleh: Rhenald Kasali (Guru Besar UI)
Jawa Pos

Tidak semua bangsa-bangsa yang maju bisa berbahasa Inggris, tetapi anehnya bangsa-bangsa yang maju itu punya ke-pede-an yang bagus. Jadi meski bahasa asing yang diterima secara internasional (misalnya bahasa Inggris) kurang bagus, mereka pede saja.

Di Harvard, saya banyak bertemu anak-anak muda yang TOEFL-nya di atas 600, tetapi kalau bicara, hmm,… susah juga saya mengerti apa yang mereka mau sampaikan. Tapi toh mereka pede aja. Yang saya sering bingung adalah orang-orang yang diajak bicara, tak jarang sama-sama susah dimengerti apa yang mau disampaikan. Inggris logat India bertemu logat Korea dan Meksiko, susahnya minta ampun untuk dimengerti. Tetapi mereka bisa tertawa-tawa bersama.

Saya pikir itu hanya saya saja yang tidak mengerti. Tetapi Prof. Michael Porter, Guru Besar senior di Harvard mengatakan hal yang sama kepada saya. Meski demikian, kita sebagai guru pantang mengintimidasi kemampuan bahasa seseorang. “Bahkan gesture kita saja tak boleh mengintimidasi,” ujarnya.

Makuto Naruto
Di Boulder – Colorado, 20 tahun yang lalu saat belajar bahasa Inggris, saya pernah diajak makan siang oleh seorang teman dari Jepang. Dia bertanya, mau tidak makan siang di Makuto Naruto. Penasaran dengan nama resto itu, saya pun mengikutinya. Ternyata itu Mc Donald’s. Begitu sampai di restoran saya pun terbahak-bahak dan kawan saya kebingungan tidak mengerti mengapa saya menertawakannya. Setelah dijelaskan ia pun tertawa sambil menggosok-gosok kepalanya. Orang Jepang kesulitan mengeja kata yang huruf penutupnya bukan huruf hidup, jadilah Mc Donald, Makuto Naruto.

Tetapi mengapa dengan bahasa Inggris pas-pasan seperti itu mereka bisa mengasai dunia dan ada di mana-mana? Mereka ada di seluruh sudut Eropa hingga ke Rusia dan eks Uni Soviet, di seluruh jagat Afrika, dan tentu saja di Asia. Bahkan jauh sebelum menduduki Indonesia, orang-orang tua kita bercerita, mereka sudah menjelajahi kampung demi kampung dengan membawa pikulan.

Kini kita juga menyaksikan orang-orang China dengan gelombang yang lebih besar lagi menjelajahi seluruh jagat raya. Sebelumnya orang-orang Korea dan India juga melakukan hal serupa. Tak semua imigran itu kaum sekolahan. Sebagian besar generasi pertama asal China dan India yang datang ke Amerika memang banyak didominasi oleh para penganggur yang berprofesi sebagai penjaga toko dan supir taksi.

Berkat Guangxi atau jejaring sosial, mereka survive dan memupuk modal. Orang-orang China perantauan ini membuka usaha restoran dengan menu dan desain yang sama direplikasi, dari uang arisan menyebar ke berbagai kota. Orang-orang Korea juga sama. Kalau tak bisa berbahasa Inggris juga tidak masalah. Mereka membuka usaha kecil yang membuka peluang untuk berbicara dengan konsumen sedikit mungkin. Mereka membuka usaha laundry yang dioperasikan secara otomatik.

Demikian juga orang-orang Eropa Timur. Mereka masuk ke Amerika dengan membuka losmen-losmen kecil di daerah pinggiran. Tidak bisa berbahasa Inggris tetapi pede aja. Hasilnya generasi kedua mereka menjadi global citizen.

Do You Have Brain
Kisah orang-orang Indonesia diperantauan ternyata juga ada. Di tepi danau Rocca Di Papa, dekat Roma-Italia, saya bertemu Dewi Francesca yang dulu menjadi pelayan restoran di Bali. Dewi kini menjadi pemilik kafe yang indah dan diminati para honeymooners. Apakah sejak dulu Dewi bisa berbahasa Itali? Ternyata tidak.

Di Amerika, orang-orang yang mempunyai usaha kecil juga bukan orang-orang yang berangkat dengan TOEFL score yang tinggi. Seorang ibu yang sukses memimpin sebuah usaha pernah saya temui di sebuah swalayan milik orang Korea dengan kata-kata yang aneh. Rupanya ia ingin membuat gulai otak untuk suaminya. Saat menanyakan pada petugas toko, ia bilang begini: “Sir, do you have brain?” Tentu saja petugas toko mendelik.

Saya jadi teringat dengan Tukul Arwana yang kosa kata bahasa inggrisnya semakin hari semakin banyak dan terlihat pandai. Apa rahasianya?

Belajar dari para perantau yang berhasil dan dari komedian yang cerdas, mungkin kita perlu berkaca dengan sistem pendidikan bahasa di sekolah-sekolah kita. Dulu saya belajar bahasa Inggris sejak SMP. Anak-anak sekarang sudah mulai belajar bahasa Inggris sejak kelas 1 SD. Bahkan ada yang dari TK. Jadi, masalahnya bukanlah kapan seseorang mulai belajar bahasa, melainkan apa yang diajarkan.

Setahu saya sekolah-sekolah kita, selalu fokus pada rumus, angka, dan rule. Bahkan yang diajarkan di bahasa adalah grammar dan pronounciation. Grammar itu penting, tetapi tanpa keberanian berbicara dan menulis, anak-anak kita tidak akan pergi ke mana-mana. Mereka bahkan bisa menjadi sangat takut berbicara, kala grammar-nya lupa, atau pronounciation-nya salah. Padahal, di dunia internasional keberanian untuk berbicara akan membuka masa depan seseorang. Orang-orang yang beranilah yang akan menguasai dunia. Yaitu berani salah selagi muda, tapi terus belajar mengoreksi diri. Yuk pupuk keberanianmu!

Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia
Tulisan ini gue dapat di suatu forum, karena menurut gue menarik, gue pengen ada di blog gue. Ini sangat menginspiratif. :)
 
Copyright my life 2009. Powered by Blogger.Designed by Ezwpthemes .
Converted To Blogger Template by Anshul .